Posted by: Tohar | March 17, 2008

Di Mina 11 Dzulhijah 1428 H


Kami tiba di Mina jam 5 sore bersama dengan 20 anggota jamaah haji dari kloter 82, kloter terakhir dari Solo, Jawa Tengah. Turun dari Minibus yang membawa kami dari Maktab di Hafaer, 1.5 km dari Masjidil Haram. Perjalanan dari Hafaer, tepatnya di Umul Qura, Maktab 312. Umul Qura sendiri adalah satu kota tua di Mekkah memakan waktu sekitar 40 menit.

Disana-sini semua pemandangan adalah serba putih, hanya ihram yang membalut tubuh. Tidak banyak kata yang terucap kecuali bacaaan talbiyah, takbir, tahmid, sholawat serta doa-doa lain yang terucap dalam hati. Saya sendiri hanya sesekali berdzikir La illa ha illallah dan Astaghfirullah hal adzim. Ya Allah, ampunilah semua dosa-dosaku, mohon engkau terima ibadah haji hamba , Ya Rabb.

Jalan yang semakin padat bercampur dengan para penjual yang menawarkan makanan dan minuman tidak membuat kami surut. Perjalanan sudah menempuh hampir 4 km meskipun kami sudah berjalan, jalan yang agak menanjak dan penuh sesak ratusan ribu jamaah haji. Langkah kaki semakin perlahan dan berkurang cepat, kakipun terasa pegal-pegal, dan membuat kami berhenti sejenak, tapi setiap mendengar talbiyah dan takbir, membuat semangat kami semakin membara.

Menjelang maghrib, kami tiba dipintu gerbang Mina dengan jelas terpampang, “Mina Starts Here”, Mina mulai dari sini. Di depan mata nampak lautan manusia, jutaan jamaah haji berjalan ke jembatan Mina, ada yang di jembatan lantai 1 ada, yang lantai 2, bahkan jembatan lantai 3. Tidak terasa, air mata mulai meleleh di pipi, perasahan haru mengaduk-aduk hati. Ya Allah, engkau telah berikan kesempatan bagi kami untuk datang ke sini. Kapan kami bisa kembali ke sini Ya Allah. Ijinkanlah kami datang lagi kesini Ya Allah. Tak terasa dari mulut terucap ” Labbaikallahumma Labbaik, labbaika la syarikala labbaik, innal hamda wanni’mata laka wal mulk, la syarika lak”. Ya Allah, kamu penuhi panggilan-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu. Segala puji anugerah dan kekuasaan adalah milik-Mu. Air mataku semakin tak terbendung. Semua ingatan kembali ke masa silam, banyak dosa yang sudah kuperbuat, belum banyak kebaikan yang kulakukan. Ya Allah, ampunilah hamba Mu ini.

Tidak ada atap yang menaungi kami, hanyalah langit biru yang persih tanpa awan seolah olah ikut menyambut kedatangan kami. Disini semua sama, tidak ada pejabat atau rakyat jelata, tidak ada kaya dan miskin, semua sama. Semua sama, sama ingin beribadah kepada Allah. Tidak ada emosi, yang ada hanyalah senyum ketika bertemu dengan jamaah haji lainnya. Alangkah damainya hidup ini.

Jam 7 malam, akhirnya kami sampai di Jumraah Ula. Ribuan jamaah berdesak-desakan ingin berada di bagian depan, dekat dengan jamarat. Aku liat ada seorang jamaah haji yang kepalanya berdarah terkena lemparan batu. Aku sempat berfikir, apa ini juga bagian dari salah satu balasan dari Allah karena orang tersebut pernah berbuat dosa. Ah, jangan-jangan nanti juga Allah akan memperlihatkan semua keburukan yang pernah ku perbuat dulu? Ya Allah ampunilah hamba-Mu ini, permudahkanlah hamba dan istri hamba serta seluruh regu hamba untuk melempar jumrah dengan mudah dan selamat.

Aku masih ingat pesan Pak Yai, kalau pengin dimudahkan Allah, bacalah “hasbunallah wanikmal wakil nikmal maula wa nikmannasir” . “Insya Allah nanti akan diberi kemudahan Allah”, kata Pak Yai menambahkan. Semakin dekat dengan jamarat, bibir dan hatiku tak putus-putusnya berdoa terus sambil sesekali mohon kepada Allah, Ya Allah hamba mohon ridho-Mu, berikanlah aku jalan agar hamba bisa tepat berada di barisan paling depan di Jamarat. Istriku berada dibelakangku sambil memegang kain ihramku biar tidak lepas. Sedangkan salah satu ibu anggota reguku juga ikut dibelakang istriku. Allahu Akbar, begitu dekat dengan Jamarat (jumrah), seolah-olah terbuka jalan lebar sehingga dengan mudahnya kami sampai di bibir sumur jamarat tanpa berdesak-desakan dengan jamaah haji yang lainnya dan dengan niat membaca Bimillahi Allahu Akbar, kami melempar 7 buah batu ke jamarat. Tidak lebih dari 5 menit, kami sudah keluar dari kerumunan jamaah yang melempar jumroh.

Setelah melempar Jumrah Ula, kami berjalan perlahan menuju ke Gerbang Mina karena itu hanyalah salah satu jalan keluar. Malam ini kami akan menginap karena akan melempar jumrah yang kedua kali. Setelah beberapa saat, kami berhenti di dekat Restoran Al Baik untuk beristirahat dan Sholat Magrib dan Isya, Jamak Qoshor. Namun begitu kami mulai niat dan mengangkat tangan sambil mengucap Allahu Akbar, beberapa Laskar datang sambil berkata “Tarikh.. Tarikh”, artinya jalan.. jalan. Kami diusir untuk tidak melakukan sholat di tepi jalan. Tapi kami tetap sholat sampai selesai. Selesai sholat, kami membuka bekal makanan dan makan ditepi jalan, bergabung bersama ratusan ribu jamaah haji lainnya. Namun tidak lama, kembali lagi Laskar yang mengusir semua orang yang ada di pinggir jalan. Akhirnya kami berjalan lagi dan berhenti di depan Al Baik.

Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. Masih 2 jam lagi kami akan melempar jumrah hari kedua. Udara yang dingin serta lelah yang luar biasa setelah berjalan, membuat kami duduk di pinggir jalan, menunggu jam 1 pagi untuk melempar Jumroh ke dua. Haus, lapar kembali mendera. Ya Allah, bagaimana kami akan makan, bekal kami sudah habis, mau antri beli makanan sudah tidak mampu lagi berdiri antri berjam-jam lamanya.

“Ya Allah, mohon engkau berikan makanan”, demikian doaku dalam hati. Sholawat Nabi, Istighfar dan Hasbunallah selalu berganti-ganti aku lafazkan. Allahu Akbar, tiba-tiba datanglah seorang Arab ke arahku sambil tanya dalam bahasa arab dan aku mengerti isyaratnya berkata “Kamu mau makan”, tanya dia. Langsung aku jawab, ya, aku mau. Dia tanya lagi, kamu butuh berapa? Aku punya 20 orang bersamaku. Akhirnya aku diberi 10 kotak nasi “Samin” dan segera kumakan berdua dengan istriku. Ke 21 jamaah akhirnya makan bersama dan kenyang. Terima kasih Ya Allah, Engkau telah berikan makanan buat kami, tanpa perlu antri berdesak-desakan. 10 nasi bungkus, kalau ku hitung adalah 15 real x 10 adalah 150 real. Ya Allah, apakah ini balasan darimu ketika aku memberikan uang 40 real kepada seorang jamaah haji di Masjidil Haram 3 hari lalu?? Ya Allah, sesungguhnya, kekuasan Mu sangat besar, pertolongan Mu pun tidak terkira.

Jam 01.00, kami kembali pergi ke Jumrah Ula. Peristiwa yang sebelumnya terjadi, yaitu terbukanya jalan lurus ke depan ke bibir sumur jumrah kembali terjadi. Dengan mudahnya saya dan istri serta salah satu ibubisa maju ke depan persisi bibir sumur jumrah. Subhannallah, Maha Suci Allah. Peristiwa ini terulang kembali di Jumrah Wusto dan Aqobah, sama persis, kelihatan ada jalan yang lurus menuju ke bibir jamarat. “La haula wala quwata illa bilahil ‘aliyil azhim“,Tiada kemampuan serta kekuatan kecuali dgn pertolongan Allah yang Maha Tinggi lagi Maha Agung. Pertolongan Allah begitu nyata, tiada doa yang tidak dikabulkan Allah di Haram.

Akhirnya dengan perasaan lega dan bahagia serta rasa haru yang tidak terkira, kami serombongan pulang menuju ke maktab. Jalan masih padat, tapi tidak sepadat ketika kami berangkat. Setelah berjalan kira-kira satu jam, kami sampai di jalan besar dan antri mobil. Tidak ada bis yang kosong akhirnya kami dapat mobil mitsubisi, bak terbuka. Dengan ramai-ramai kami naik mobil dengan membayar 10 real per orang. Tidak lebih dari 40 menit kami tiba di Jalan Umul Qura dan berhenti di depan hotel, dekat jembatan layang.

Tiba dihotel sekitar jam 2 pagi, terus tidur dan bangun jam 4 untuk jamaah di Masjidil Haram.

Mekkah 11 Dzulhijah 1428 (20 Desember 2007)

Ditulis oleh Much Tohar


Responses

  1. betapa bahagianya anda Pak haji tohar much tohar…:) dari nama anda saja jelas akan menerima “banyak tak bisa dihitung (much)” kebaikan yang kan anda terima.. kemudahan yang akan anda terima 🙂 untuk menjalani terus kehidupan anda….
    jagalah hati…
    Pf Pak Cik..
    salam,

  2. Alhmdulillh ! Setelah saya membca crita bpk sy bgitu kagum dan ikut berbhagia ! Semga anda menjdi haji yg mabrur ! Amin

  3. ass,pak much tohar.alhamdulillah bapak sudah dapat merasakan pergi haji mdh2an jadi haji tang mabrur aamiin.sekian banyaknya orang pergi haji berdesak2an bagaimana nanti kita dipadang maksar kelak?wallahu a”lam bish showab.


Leave a comment

Categories