Posted by: Tohar | June 12, 2009

Penyakit kronis “KU”


Ada satu jenis penyakit yang sangat berbahaya dan dapat menyerang siapa saja khususnya menyerang orang-orang dewasa sampai ke orang tua, baik pria maupun wanita. Nama penyakit itu adalah “KU”, satu jenis penyakit termasuk juga virus ganas dan tidak ada obatnya kecuali hanya satu. Penyakit itu adalah KU, punyaKU, milikKU, hartaKU, anakKU, istriKU, jabatanKU, mobilKU, ilmuKU dsb. Ketika KU ini menjadi prioritas utama maka yang timbul adalah kesombongan, ego yang berujung kepada pengakuan bahwa aku adalah yang serba lebih.. aku yang paling pintar, aku paling kuasa, aku paling kuat, aku paling alim dsb. Padahal kita ini tidak punya apa-apa, semua itu hanya titipan. Maka contoh kecil ketika KU ini tetap dikedepankan seperti contoh motorKU hilang, maka yang muncul adalah KECEWA, SEDIH, SAKIT HATI, FRUSTASI, IRI DENGKI.

OBAT untuk mengatasi penyakit KU ini tidak lain adalah “ISTIGHFAR” bertobat kepada ALLAH karena sesungguhnya semua bisa terjadi adalah atas kehendak ALLAH bukan kehendakKU ini. La haula wa la quwata illa billah…..


Responses

  1. Sakit tertawar dengan obat
    Khilaf dengan maaf
    Dosa dengan istigfar
    Lupa dengan ingat
    Ada dengan tiada
    Terikat dengan melapas
    Kembali dengan inna lillahi wa inna ilaihi roojiun

  2. ternyata semua harus sesuai dengan “PATRAP”, alias menempatkan sesuatu sesuai dengan porsinya, jangan berlebih. semisal cinta pada anak, ya cintailah sewajarnya, jangan berlebih kalau berlebih nanti bisa melupakan yang membuatnya. sedang-sedang sajalah.

  3. yang simpel saja mas Tohar
    itu cuma komentar
    yang bisa dipetik silahkan dipetik
    kalau mudhorot itu silahkan ditinggal

  4. amin. terima kasih mas.

  5. Cuma obrolan nyantai

    Harta, tahta, wanita [istri], anak yang di aku sebagai miliku.
    Adalah sebagai ujian, cobaan [yang datang ] dan yang pergi [musibah].
    Dengan kata lain titipan [amanah] Allah.

    Kata kuncinya adalah titipan [amanah] Allah & bukan cinta.
    Karena nanti akan ada “cinta-ku”. ini dapat melebar luas seperti [shalatku, ibadahku, hidup dan matiku] apa perlu juga diobati istigfar?

    Saya perlu input berbeda dari mas Tohar, terkait:
    Apakah [amanah] titipan Allah kepadaku [yang datang] atau [yang pergi] perlu obat istigfar? Mengapa?

    Trim’s

  6. terima mas abdul. saya mencoba menjawab pertanyaan mas abdul. mohon maaf kalau kurang pas atau salah atau kurang lengkap.

    ujian adalah berlaku bagi diri yang benar-benar sudah melakukan (menjalankan) perintah Allah dengan sepenuh hati (versi saya patrap). sedangkan cobaan, menurut saya adalah “sentilan” atau dengan kata lain adalah musibah (surat as-syuraa ayat 30). artina ada kesalahan yg sudah diperbuat. tujuannya adalah agar diri ini bersegera kembali kepada-NYA, menyadari kesalahannya dan bersegera untuk bertobat (istighfar).

    Amanah karena dipercaya alias muncul dari amin.Karena amanah maka (bahasa saya) “memegang, menjaga, memelihara, merawat” amanah itu dengan sebaik-baiknya. Anak, istri adalah amanah, kalau kita bisa menjaganya atau memelihara dengan baik. Bisa sebagai cobaan bahkan fitnah (at thaghabun 14). Dalam kaitan dengan milikKU spt istriKU, anakku.. maka ini bukanlah milik, melainkan TITIPAN, jadi seandainya terjadi sesuatu, maka biasa saja, jgn terlalu terpuruk, krn memang bukan milik.

    Cintapun amanah. Cinta sendiri adalah “RASA” yg indah yg harus diwujudkan, sekali lagi ada porsinya dan pada tempat yang pas. Cinta karena ALLAH bukan karena cinta karena kepemilikan duniawi, bahwa aku mencintai anakku dan istriku itu karena ALLAH.

    Sholatku, ibadahku, dll, tidak untuk diobati melainkan harus “disadari” bahwa kita bisa sholat dll, juga karena ALLAH (dijalankan). Bukan pula diobati, tetapi diperbaiki biar semakin baik, semakin khusyuk dan semakin ikhlas.

    Kaitan sholat dengan istighfar sekali lagi adalah “obat” untuk membersihkan diri dr kesalahan semil kurang ikhlas dsb.

    Istighfar adalah perwujudan bahawa diri ini sangat lemah dan sering berbuat kesalahan, menunjukkan bahwa aku ini seorang hamba yg tidak luput dari kesalahan. Istighfar adalah pengikir kesombongan, ego dll. Tidak ada yg lepas dari kesalahan mas abdul, jadi dalam kondisi apapun istighfar, menurut saya adalah obat dari segala macam penyakit.

    Tidak ada salahnya istighfar ketika menerima amanah krn tidak mudah menerima dan menjaga amanah ini, Kalau tidak dikuatkan oleh ALLAH, mana diri ini kuat?

    Beristighar ketika amanah pergi sekali lagi sebagai perwujudan “kelemahan”, takut jangan-jangan selama dititipi amanah ini kita tidak bisa menjaganya dengan baik.

    Titik point dalam artikel di atas adalah istighfar sebagai “obat”, permintaan ampun karena sudah “keliru:” atau kurang pas dalam menempatkan “sesuatu”. Contoh simple, ketika motor kita hilang, banyak kasus yg ada adalah pergi ke dukun atau sedih atau malah menyalahkan ALLAH, salahku apa ya ALLAH kok motorku hilang dll. Padahal kalo dikembalikan lagi, iya, motor ini adalah titipan ALLAH, mau diambil ya silahkan saja, lalu instropeksi diri, sisi mana yg kurang sehingga ini lalu memperbaikinya.

    sekian, mas abdul. terlalu panjang ya, kurang taktis. mohon dimaafkan.

  7. Trimakasih sudah berpanjang lebar berbagi mas Tohar. Kalau saya bilang SETUJU maka berakhirlah obrolan santai kita. Gado2 sayurnya satu rupa kurang lengkap rasanya. Supaya lebih nikmat bolehkah saya tambahi sayurannya?.

  8. silahkan mas abdul biar lebih lengkap. bukan cuma sayurnya. 4 sehat 5 sempurna ditambah dengan susu.monggo. dengan senang hati mas.

  9. Saya melihatnya tidak ada perbedaan yang signifikan. Hanya cara pandang dengan pemahaman yang berbeda. Yang satu menggunakan pendekatan mas Tohar & yang satunya lagi menggunakan cara pendekatannya si abdul. Salahkah? Tidak ada yang salah. Keduanya “benar relatif” diposisinya masing2. karena tidak ada kebenaran mutlak kecuali yang Maha Benar itu sendiri.

    [yang datang ] dan [yang pergi] silih berganti dari sisiku bersifat eksternal disebut sebagai titipan [amanah] Allah. & ketika instrumen2 ekternal tersebut itu diaku/diikat/dibinding menjadi [hartaku, tahtaku, istriku, anakku] dengan kata lain [tidak diletakkan pada porsi awalnya yaitu amanah/titipan Allah] maka akan memunculkan permasalahan baru bagi diri pribadi berupa ujian, cobaan dan musibah. Sebagai akibatnya timbul rasa pedih yang sangat, khawatir dan takut bila [dipisahakan/ditinggalkan] oleh instrumen2 eksternal yang diaku sebagai milik itu.

    Solusinya Bagaimana?

  10. Upaya pertama:
    Tidak mengaku itu milikku. Letakkan pada porsi awalnya yaitu titipan [amanah] Allah. Dengan menjaga/memelihara/merawat titipan [amanah] Allah [silahkan urai]. Adalah berasal dari Allah. Akan kembali kepada Allah. Adalah upaya [unbinding] melepaskan pengakuan dengan mengembalikan kepada pemilik-Nya yang Sejati. “semua tiada kecuali Allah yang ada”. Agar kelak nanti jika titipan itu diambil oleh pemilik-Nya rasanya tidak terasa apa2.

    Upaya kedua:
    Hakekatnya aku berasal dari Allah dan atas kehendak Allah aku kembali kepada Allah. “inna lillahi wa inna ilaihi roojiun”. Ketika akunya tiada maka segala materi takkan bisa mengikatnya. Wong jelas2 aku tiada, masa sih bisa diikat oleh matari yang hakikatnya adalah tiada juga? Lalu siapa yang ada? Yang ada hanya Allah pemilik segala materi itu.

    Inna shalati wanuski wamahyaya wamamati lillahi robbila’lamin.

    Wallahu a’lam

  11. sangat lengkap dan terinci mas abdul. ya, kata finalnya memang inna lillahi wa inna ilaihi roojiun. kalau sudah ke situ, mau apa lagi. tinggal harus semakin meneguhkan diri hanya kepada ALLAH saja, bukan yang lain. Amin.


Leave a comment

Categories